Ilmuwan menemukan banyak deposit karbon di bawah permukaan Mars. Ini bisa jadi bukti adanya kehidupan ratusan juta tahun lalu di planet merah itu.
Sebelumnya, ilmuwan sempat menemukan sejumlah kecil mineral di Mars.
Namun, limpahan materi ini menunjukkan adanya gas rumah kaca yang menciptakan kemungkinan permukaan Mars basah dan lebih hangat ratusan juta tahun lalu.
Ilmuwan menggunakan data satelit untuk menganalisis geologi wilayah Mars yang dikenal dengan nama Kawah Leighton di dekat gunung berapi Mars yang sangat luas Syrtis Major, dengan lebar 750 mil.
Tim percaya bahwa sedimen kuno yang terkubur dalam materi vulkanik ini keluar saat terjadi letusan Syrtis Major.
Mineral tersebut kemungkinan berasal dari air yang kaya karbonat di mana berinteraksi dengan batuan. Ini menunjukkan bahwa Mars zaman dahulu lebih panas dari perkiraan sebelumnya.
Dr Joseph Michalski dari Planetary Science Institute, Arizona, dan Dr Paul Niles dari Johnson Space Centre NASA, Houston, mengatakan bahwa permukaan Mars saat ini dingin, kering, penuh asam dan tidak dapat dihuni.
Namun, kondisi ini mungkin berbeda pada waktu lampau. “Salah satu petunjuk adanya kondisi layak huni adalah keberadaan atmosfer yang mengandung metana. Ini mungkin terbentuk apabila muncul proses hidrotermal dalam kerak bumi terkait kandungan karbon dioksida.”
Sebelumnya, deteksi mineral karbonat dapat dikaitkan dengan lingkungan yang kaya karbon dioksida. Bagian tanah yang padat karbon dioksida juga berarti terjadinya efek rumah kaca di Mars.
Kondisi saat ini adalah atmosfer begitu tipis sehingga gas dapat dengan mudah tertiup di angkasa dan berinteraksi dengan air sehingga terbentuk batuan.
Karbonat juga menjadi bukti bahwa air merupakan unsur kimia yang netral. Ini membuat kemungkinan kondisi adanya kehidupan primitif di Mars.
Kumpulan mineral, sifat tekstur dan konteks geologi dari deposit mineral tersebut menunjukkan adanya kemungkinan batuan sedimen telah bermetamorfosa selama penguburan materi vulkanik muda.
Sebelumnya, ilmuwan sempat menemukan sejumlah kecil mineral di Mars.
Namun, limpahan materi ini menunjukkan adanya gas rumah kaca yang menciptakan kemungkinan permukaan Mars basah dan lebih hangat ratusan juta tahun lalu.
Ilmuwan menggunakan data satelit untuk menganalisis geologi wilayah Mars yang dikenal dengan nama Kawah Leighton di dekat gunung berapi Mars yang sangat luas Syrtis Major, dengan lebar 750 mil.
Tim percaya bahwa sedimen kuno yang terkubur dalam materi vulkanik ini keluar saat terjadi letusan Syrtis Major.
Mineral tersebut kemungkinan berasal dari air yang kaya karbonat di mana berinteraksi dengan batuan. Ini menunjukkan bahwa Mars zaman dahulu lebih panas dari perkiraan sebelumnya.
Dr Joseph Michalski dari Planetary Science Institute, Arizona, dan Dr Paul Niles dari Johnson Space Centre NASA, Houston, mengatakan bahwa permukaan Mars saat ini dingin, kering, penuh asam dan tidak dapat dihuni.
Namun, kondisi ini mungkin berbeda pada waktu lampau. “Salah satu petunjuk adanya kondisi layak huni adalah keberadaan atmosfer yang mengandung metana. Ini mungkin terbentuk apabila muncul proses hidrotermal dalam kerak bumi terkait kandungan karbon dioksida.”
Sebelumnya, deteksi mineral karbonat dapat dikaitkan dengan lingkungan yang kaya karbon dioksida. Bagian tanah yang padat karbon dioksida juga berarti terjadinya efek rumah kaca di Mars.
Kondisi saat ini adalah atmosfer begitu tipis sehingga gas dapat dengan mudah tertiup di angkasa dan berinteraksi dengan air sehingga terbentuk batuan.
Karbonat juga menjadi bukti bahwa air merupakan unsur kimia yang netral. Ini membuat kemungkinan kondisi adanya kehidupan primitif di Mars.
Kumpulan mineral, sifat tekstur dan konteks geologi dari deposit mineral tersebut menunjukkan adanya kemungkinan batuan sedimen telah bermetamorfosa selama penguburan materi vulkanik muda.
0 komentar:
Posting Komentar