Pesawat peneliti komet Stardust telah mengikuti jejak Discovery. Stardust yang setia merekam pergerakan pada sistem Tata Surya akhirnya dipensiunkan.
Dengan satu klik pada mouse, Sandy Freund Kasper mengirimkan perintah ke pesawat pemburu komet tanpa awak milik NASA, Stardust, untuk membakar seluruh bahan bakarnya. Perintah ini memulai sebuah rangkaian pemberhentian operasi Stardust yang telah berjasa untuk ilmu astronomi selama 12 tahun.
Stardust memang tidak akan lagi mengangkasa. Tapi paling tidak, kita bisa mengingat berbagai pelajaran yang dengan rela dibagikan Stardust.
"Rasanya seperti mengucapkan selamat jalan pada seorang teman," kata Allan Cheuvront, program manager Stardust dari perusahaan Lockheed Martin. Dia terlibat dengan Stardust sejak 1996, saat megaproyek itu masih berupa desain.
Cheuvront menambahkan, "Stardust adalah pesawat luar biasa. Dia selalu mengerjakan apa yang kami perintahkan. Hasilnya, selalu sempurna dan memuaskan." Salah satu anak kesayangan NASA itu telah mengucapkan selamat berpisah pada semesta luas, ruang yang selama ini dijelajahinya. Pesawat antariksa seberat 300 kilogram yang dilengkapi dengan sistem robotik itu terhitung “perangkat tua” dalam dunia luar angkasa.
Diluncurkan pada 1999, Stardust telah menyelesaikan misi utamanya pada 2006. Ketika itu, ia mengirimkan sampel kecil dari partikel komet Wild 2 ke Bumi via tabung parasut.
Stardust menjalankan misi terakhirnya pada Kamis lalu. Dengan menembakkan pendorong sampai bahan bakar hidrazinnya habis. Dari jejak pembakaran di bawah 2,5 menit, para ilmuwan mengetahui secara akurat berapa bahan bakar yang masih tersisa. Pada akhirnya, perhitungan tersebut dapat membantu desain dan operasi pesawat generasi berikutnya di masa depan.
"Perhitungan untuk menganalisis data bahan bakar memakan waktu beberapa hari," kata Jim Neuman, mission operations manager yang juga bekerja untuk Lockheed Martin. Dia kerap membuat dan mengoperasikan sejumlah pesawat satelit NASA.
Dari ruangan besar di Lockheed Martin, Denver-AS, Freund Kasper yang bertanggung jawab penuh atas Stardust, siap mengirimkan perintah ke pesawat tanpa awak itu.
Sebelum dia memberikan instruksi, Cheuvront mengumpulkan delapan hingga sembilan insinyur lain di ruang kerja. Mereka diberi label "Power", "Thermal", "Propulsion", dan beberapa peran lain. Masing-masing menunggu giliran untuk melakukan tugasnya.
Dia pun menghampiri Don Brownlee, kepala peneliti pada misi utama Stardust lima tahun silam, untuk mengambil sampel komet Wild 2. "Ini pengalaman sangat indah dan luar biasa," kata Brownlee pada Freund Kasper.
Pada pukul 16:41 waktu setempat, Freund Kasper melesatkan menginstruksi pada Stardust untuk mulai mengeksekusi misi pemberhentian ini. Sekitar 42 menit kemudian - waktu yang ditempuh untuk menyampaikan pesan ke Stardust yang terletak 93 juta mil dari Bumi dan mengirimkan responsnya kembali ke Bumi - para peneliti melihat api yang berkobar-kobar di layar komputer besar.
Saat bahan bakar habis terbakar, Stardust kehilangan kemampuan untuk menjaga antenanya agar tetap menunjuk ke bumi. Akhirnya, ruang kontrol kehilangan kontak raiod pada pukul 15:33 waktu setempat.
Tanpa bahan bakar, fungsi panel surya Stardust tidak akan berrfungsi dengan baik. Sekali baterainya terkuras, pesawat itu akan mati selamanya.
Dengan satu klik pada mouse, Sandy Freund Kasper mengirimkan perintah ke pesawat pemburu komet tanpa awak milik NASA, Stardust, untuk membakar seluruh bahan bakarnya. Perintah ini memulai sebuah rangkaian pemberhentian operasi Stardust yang telah berjasa untuk ilmu astronomi selama 12 tahun.
Stardust memang tidak akan lagi mengangkasa. Tapi paling tidak, kita bisa mengingat berbagai pelajaran yang dengan rela dibagikan Stardust.
"Rasanya seperti mengucapkan selamat jalan pada seorang teman," kata Allan Cheuvront, program manager Stardust dari perusahaan Lockheed Martin. Dia terlibat dengan Stardust sejak 1996, saat megaproyek itu masih berupa desain.
Cheuvront menambahkan, "Stardust adalah pesawat luar biasa. Dia selalu mengerjakan apa yang kami perintahkan. Hasilnya, selalu sempurna dan memuaskan." Salah satu anak kesayangan NASA itu telah mengucapkan selamat berpisah pada semesta luas, ruang yang selama ini dijelajahinya. Pesawat antariksa seberat 300 kilogram yang dilengkapi dengan sistem robotik itu terhitung “perangkat tua” dalam dunia luar angkasa.
Diluncurkan pada 1999, Stardust telah menyelesaikan misi utamanya pada 2006. Ketika itu, ia mengirimkan sampel kecil dari partikel komet Wild 2 ke Bumi via tabung parasut.
Stardust menjalankan misi terakhirnya pada Kamis lalu. Dengan menembakkan pendorong sampai bahan bakar hidrazinnya habis. Dari jejak pembakaran di bawah 2,5 menit, para ilmuwan mengetahui secara akurat berapa bahan bakar yang masih tersisa. Pada akhirnya, perhitungan tersebut dapat membantu desain dan operasi pesawat generasi berikutnya di masa depan.
"Perhitungan untuk menganalisis data bahan bakar memakan waktu beberapa hari," kata Jim Neuman, mission operations manager yang juga bekerja untuk Lockheed Martin. Dia kerap membuat dan mengoperasikan sejumlah pesawat satelit NASA.
Dari ruangan besar di Lockheed Martin, Denver-AS, Freund Kasper yang bertanggung jawab penuh atas Stardust, siap mengirimkan perintah ke pesawat tanpa awak itu.
Sebelum dia memberikan instruksi, Cheuvront mengumpulkan delapan hingga sembilan insinyur lain di ruang kerja. Mereka diberi label "Power", "Thermal", "Propulsion", dan beberapa peran lain. Masing-masing menunggu giliran untuk melakukan tugasnya.
Dia pun menghampiri Don Brownlee, kepala peneliti pada misi utama Stardust lima tahun silam, untuk mengambil sampel komet Wild 2. "Ini pengalaman sangat indah dan luar biasa," kata Brownlee pada Freund Kasper.
Pada pukul 16:41 waktu setempat, Freund Kasper melesatkan menginstruksi pada Stardust untuk mulai mengeksekusi misi pemberhentian ini. Sekitar 42 menit kemudian - waktu yang ditempuh untuk menyampaikan pesan ke Stardust yang terletak 93 juta mil dari Bumi dan mengirimkan responsnya kembali ke Bumi - para peneliti melihat api yang berkobar-kobar di layar komputer besar.
Saat bahan bakar habis terbakar, Stardust kehilangan kemampuan untuk menjaga antenanya agar tetap menunjuk ke bumi. Akhirnya, ruang kontrol kehilangan kontak raiod pada pukul 15:33 waktu setempat.
Tanpa bahan bakar, fungsi panel surya Stardust tidak akan berrfungsi dengan baik. Sekali baterainya terkuras, pesawat itu akan mati selamanya.
1 komentar:
moncler outlet
authentic jordans
vans outlet
yeezy shoes
hermes belt
nike air max
nike air max 270
kyrie 3 shoes
lebron 17
balenciaga shoes
Posting Komentar