Cuaca buruk berupa hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air akhir-akhir ini harus diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pasalnya, hasil pemantauan menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di atmosfir kita akhir-akhir ini disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia, disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga saat ini.
Menurut peneliti BMKG Daryono, kondisi suhu muka laut yang menghangat yang berbarengan dengan pemanasan intensif oleh matahari di belahan bumi selatan jika berkembang terus akan menyebabkan berkembangnya pusat-pusat tekanan rendah di kawasan selatan Indonesia.
Massa udara dari subtropis yang bertekanan tinggi akan mengalir masuk ke wilayah tropis. "Terbentuknya pusat-pusat tekanan rendah ini selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia juga membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut tinggi," paparnya seperti diberitakan situs BMKG.
Daryono menjelaskan, akumulasi energi di atas normal di atmosfer dapat mengubah pola tekanan rendah berkembang menjadi badai tropis di perairan selatan Jawa mengakibatkan labilitas kondisi atmosfir hingga terjadinya cuaca buruk yang melanda di berbagai daerah.
"Munculnya aktivitas badai tropis Vince di Samudera Hindia sejak tanggal 12 Januari 2011 telah terbukti mengacaukan sistem cuaca di atmosfir kita," ungkapnya.
Potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena kibasan “ekor badai” yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir.
Hingga saat ini masih berlangsung gangguan tropis berupa pusat tekanan rendah (997 mb) di selatan Jawa pada koordinat 15.0 Lintang Selatan dan 110.0 Bujur Timur. Dampak gangguan tropis, hingga kini di hampir seluruh daerah di Jawa dan Bali masih dilanda hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Berdasarkan prakiraan BMKG tanggal 18 Januari 2011 menunjukkan tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa hingga selatan Bali masih berkisar antara 3.0-4.0 meter, sementara di perairan Laut Jawa hingga Laut Bali tinggi gelombang laut berkisar antara 2.0-3.0 meter.
"Gelombang laut tinggi ini cukup membahayakan aktivitas pelayaran. Dampak cuaca buruk ini telah menyebabkan para nelayan berhenti melaut karena tingginya gelombang di Laut Jawa dan Samudera Hindia," kata Daryono.
Cuaca akhir-akhir ini cenderung mudah berubah dengan cepat, maka dihimbau kepada para nelayan maupun armada pelayaran antar pulau harus meningkatkan kewaspadaan. Cuaca ekstrim seperti ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga bulan April 2011
Bagi armada pelayaran, selain waspada juga harus menyediakan perlengkapan keselamatan pelayaran serta mengaktifkan sarana komunikasi untuk memudahkan koordinasi jika terjadi kondisi darurat.
"Peristiwa alam ini terjadi secara periodikal, tiga sampai lima tahun sekali. Untuk cuaca ekstrim yang paling lama terjadi pada tahun 1998 dan 2010 ini,"
"Tapi setelah bulan April 2011, diharapkan gejala cuaca ekstrim yang sekarang sedang melanda Indonesia ini akan berkurang,".
Pasalnya, hasil pemantauan menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di atmosfir kita akhir-akhir ini disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia, disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga saat ini.
Menurut peneliti BMKG Daryono, kondisi suhu muka laut yang menghangat yang berbarengan dengan pemanasan intensif oleh matahari di belahan bumi selatan jika berkembang terus akan menyebabkan berkembangnya pusat-pusat tekanan rendah di kawasan selatan Indonesia.
Massa udara dari subtropis yang bertekanan tinggi akan mengalir masuk ke wilayah tropis. "Terbentuknya pusat-pusat tekanan rendah ini selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia juga membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut tinggi," paparnya seperti diberitakan situs BMKG.
Daryono menjelaskan, akumulasi energi di atas normal di atmosfer dapat mengubah pola tekanan rendah berkembang menjadi badai tropis di perairan selatan Jawa mengakibatkan labilitas kondisi atmosfir hingga terjadinya cuaca buruk yang melanda di berbagai daerah.
"Munculnya aktivitas badai tropis Vince di Samudera Hindia sejak tanggal 12 Januari 2011 telah terbukti mengacaukan sistem cuaca di atmosfir kita," ungkapnya.
Potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena kibasan “ekor badai” yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir.
Hingga saat ini masih berlangsung gangguan tropis berupa pusat tekanan rendah (997 mb) di selatan Jawa pada koordinat 15.0 Lintang Selatan dan 110.0 Bujur Timur. Dampak gangguan tropis, hingga kini di hampir seluruh daerah di Jawa dan Bali masih dilanda hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Berdasarkan prakiraan BMKG tanggal 18 Januari 2011 menunjukkan tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa hingga selatan Bali masih berkisar antara 3.0-4.0 meter, sementara di perairan Laut Jawa hingga Laut Bali tinggi gelombang laut berkisar antara 2.0-3.0 meter.
"Gelombang laut tinggi ini cukup membahayakan aktivitas pelayaran. Dampak cuaca buruk ini telah menyebabkan para nelayan berhenti melaut karena tingginya gelombang di Laut Jawa dan Samudera Hindia," kata Daryono.
Cuaca akhir-akhir ini cenderung mudah berubah dengan cepat, maka dihimbau kepada para nelayan maupun armada pelayaran antar pulau harus meningkatkan kewaspadaan. Cuaca ekstrim seperti ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga bulan April 2011
Bagi armada pelayaran, selain waspada juga harus menyediakan perlengkapan keselamatan pelayaran serta mengaktifkan sarana komunikasi untuk memudahkan koordinasi jika terjadi kondisi darurat.
"Peristiwa alam ini terjadi secara periodikal, tiga sampai lima tahun sekali. Untuk cuaca ekstrim yang paling lama terjadi pada tahun 1998 dan 2010 ini,"
"Tapi setelah bulan April 2011, diharapkan gejala cuaca ekstrim yang sekarang sedang melanda Indonesia ini akan berkurang,".
0 komentar:
Posting Komentar