Melacak dan memantau aset menjadi kebutuhan tersendiri bagi perusahaan skala enterprise. Mencermati kebutuhan itu, PT. Astra Graphia Information Technology (AGIT) menghadirkan solusi untuk pelacakan dan pemantauan aset pada seluruh mitranya.
Sistem pelacakan ini ditujukan bagi mitra mereka di lima industri utama yakni otomotif, manufaktur dan distribusi (AMD), pemerintahan, sektor publik dan layanan (GPS), layanan finansial (FSI), oil, gas, dan pertambangan (OGM), dan telekomunikasi.
Sistem yang ditawarkan adalah Pointrek, solusi milik PT Sisfo Indonesia (Sisfo) yang sejak tahun 2003 telah memberikan layanan ke lebih dari 1.000 aset.
Pointrek menjadi solusi komprehensif untuk memonitor aset yang berada di remote area, terutama maritim. Untuk itu, sebuah perusahaan tentu membutuhkan teknologi satelit sebagai media telekomunikasi dari tengah laut. Sebagai penyedia jaringan telekomunikasi satelit, AGIT menunjuk PT Asia Inti Semesta (AIS) sebagai mitra. "Sebelumnya, pelanggan cuma bisa berkomunikasi satu arah, armada hanya berfungsi sebagai media yang mengirim data ke pusat komando seperti informasi posisi, kecepatan, penggunaan bahan bakar, dan banyak lagi. Sementara pusat komando di darat sulit menghubungi kembali," kata Jusuf Salim, Direktur AGIT, di Jakarta, 9 Maret 2010.
Dengan Pointrek, Jusuf menyebutkan, pelanggan mereka bisa membangun komunikasi dua arah. “Armada juga dapat menerima data yang dikirim oleh Base Command Center,” ucapnya.
Dengan menggunakan sebuah aplikasi berbasis web, layanan Asset Tracking & Monitoring AGIT akan menjadi media yang memudahkan pemilik aset untuk melihat informasi secara detail. Aplikasi dibangun dengan 7 jenis layer pada peta, termasuk Google Maps dan Nautical Map. Aplikasi ini, tutur Jusuf, dapat memberikan informasi pendukung lain seperti laporan cuaca, histori data, yang berguna untuk pengelolaan aset.
Di Indonesia, Pointrek telah dipasang di kapal militer. Biasanya solusi itu dibenamkan di kapal-kapal patroli dan kapal perang.
“Ini tentang awareness oleh end-user. Mereka yang meminta untuk memakai solusi ini. Ketika alat ini difungsikan sebagai alat bantu untuk mencari aset mereka, mereka pasti sadar akan membutuhkannya. Karena ini berhubungan dengan core business mereka,” kata Nirwan Harahap, CEO Sisfo Indonesia.
Layanan komunikasi data dalam Asset Tracking & Monitoring dapat menggunakan teknologi satelit, GPRS, dan radio frekuensi serta dipadukan dengan berbagai jenis peralatan sehingga mampu memberikan solusi yang dapat meminimalisir biaya operasional.
Untuk harga, AGIT mengatakan cukup variatif karena ini adalah solusi, bukan peralatan, sehingga didasarkan pada kebutuhan masing-masing pelanggan.
Namun, demikian AGIT dapat memaparkan untuk sebuah solusi komunikasi satu arah kurang lebih perusahaan merogoh kocek sebesar US$3.300, komunikasi dua arah sebesar US$5.000, fuel monitoring US$40.000, hybrid system (GPS dan satelit satu arah) US$3.000, hybrid system (dua arah) US$5.000, dan portable tracking US$3.000.
Sistem pelacakan ini ditujukan bagi mitra mereka di lima industri utama yakni otomotif, manufaktur dan distribusi (AMD), pemerintahan, sektor publik dan layanan (GPS), layanan finansial (FSI), oil, gas, dan pertambangan (OGM), dan telekomunikasi.
Sistem yang ditawarkan adalah Pointrek, solusi milik PT Sisfo Indonesia (Sisfo) yang sejak tahun 2003 telah memberikan layanan ke lebih dari 1.000 aset.
Pointrek menjadi solusi komprehensif untuk memonitor aset yang berada di remote area, terutama maritim. Untuk itu, sebuah perusahaan tentu membutuhkan teknologi satelit sebagai media telekomunikasi dari tengah laut. Sebagai penyedia jaringan telekomunikasi satelit, AGIT menunjuk PT Asia Inti Semesta (AIS) sebagai mitra. "Sebelumnya, pelanggan cuma bisa berkomunikasi satu arah, armada hanya berfungsi sebagai media yang mengirim data ke pusat komando seperti informasi posisi, kecepatan, penggunaan bahan bakar, dan banyak lagi. Sementara pusat komando di darat sulit menghubungi kembali," kata Jusuf Salim, Direktur AGIT, di Jakarta, 9 Maret 2010.
Dengan Pointrek, Jusuf menyebutkan, pelanggan mereka bisa membangun komunikasi dua arah. “Armada juga dapat menerima data yang dikirim oleh Base Command Center,” ucapnya.
Dengan menggunakan sebuah aplikasi berbasis web, layanan Asset Tracking & Monitoring AGIT akan menjadi media yang memudahkan pemilik aset untuk melihat informasi secara detail. Aplikasi dibangun dengan 7 jenis layer pada peta, termasuk Google Maps dan Nautical Map. Aplikasi ini, tutur Jusuf, dapat memberikan informasi pendukung lain seperti laporan cuaca, histori data, yang berguna untuk pengelolaan aset.
Di Indonesia, Pointrek telah dipasang di kapal militer. Biasanya solusi itu dibenamkan di kapal-kapal patroli dan kapal perang.
“Ini tentang awareness oleh end-user. Mereka yang meminta untuk memakai solusi ini. Ketika alat ini difungsikan sebagai alat bantu untuk mencari aset mereka, mereka pasti sadar akan membutuhkannya. Karena ini berhubungan dengan core business mereka,” kata Nirwan Harahap, CEO Sisfo Indonesia.
Layanan komunikasi data dalam Asset Tracking & Monitoring dapat menggunakan teknologi satelit, GPRS, dan radio frekuensi serta dipadukan dengan berbagai jenis peralatan sehingga mampu memberikan solusi yang dapat meminimalisir biaya operasional.
Untuk harga, AGIT mengatakan cukup variatif karena ini adalah solusi, bukan peralatan, sehingga didasarkan pada kebutuhan masing-masing pelanggan.
Namun, demikian AGIT dapat memaparkan untuk sebuah solusi komunikasi satu arah kurang lebih perusahaan merogoh kocek sebesar US$3.300, komunikasi dua arah sebesar US$5.000, fuel monitoring US$40.000, hybrid system (GPS dan satelit satu arah) US$3.000, hybrid system (dua arah) US$5.000, dan portable tracking US$3.000.
0 komentar:
Posting Komentar