Jumat, 25 Maret 2011

Bahtera Nabi Nuh Terkubur di Puncak Gunung Ararat

Akhir September lalu, Donald Mackenzie, salah satu peneliti yang menelusuri keberadaan Bahtera Nuh lenyap. Ketika itu ia menjalani misi seorang diri dalam upayanya memastikan lokasi bahtera yang dibangun dalam waktu 40 hari 40 malam tersebut.

Menurut catatan terakhir, Mackenzie diketahui berada di Gunung Ararat, wilayah timur Turki. Kini, Donna D’Errico, yang juga merupakan bintang film akan melanjutkan misi yang dilakukan Mackenzie.

D'Errico, baru-baru ini, mengumumkan akan pergi ke gunung itu guna mencari sisa-sisa Bahtera Nuh. Tiap tahun, banyak tim pendaki yang mengklaim menemukan bahtera itu. Bahkan pencarian satelit pada gunung dilakukan.

“Saya sudah mempelajari keberadaan bahtera ini selama bertahun-tahun dan melihat data-data yang menyatakan penampakan bahtera itu,” kata D’Errico, seperti diberitakan AOL.

“Menurut penelitian saya, bahtera ituu patah setidaknya menjadi dua atau tiga bagian,” ucapnya.
Diyakini, salah satu bagian kapal itu berada di kawasan Ahora Gorge, kawasan yang sangat sulit untuk didaki dan berbahaya untuk dijelajahi. Pasalnya, pendaki perlu memiliki stamina yang kuat untuk melakukan pendakian ke kawasan yang berada di ketinggian hampir 4.800 meter itu.

Pada misi penelitian yang rencananya akan dimulai Agustus mendatang, D’Errico didukung oleh Bukla, sebuah perusahaan pemandu turis asal Turki. Mereka sepakat menyediakan transportasi dari Isanbul ke Ararat dan perjalanan kembali, perlengkapan, pemandu, dan juga izin yang diperlukan.

“Saya akan mendaki bersama fotografer dan kamerawan. Saya juga akan membawa serta surat-surat yang dibutuhkan agar mendapatkan izin untuk mendokumentasikan keberadaan bahtera itu,” kata D’Errico. “Kali ini kami akan lebih siap,” ucapnya.

Pencarian itu fokus pada ‘Anomali Ararat’. Formasi seukuran bahtera Nabi Nuh di puncak gunung itu difoto Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) pada 1949. Bahkan, secara ilmiah, kebenaran adanya banjir dahsyat itu dipertanyakan.

Mungkin terdapat banjir besar selama setahun saat seorang pria beruntung dan keluarganya berada dalam perahu besar. Namun suatu hal tak ilmiah membayangkan sebuah bahtera berakhir di puncak Gunung Ararat setinggi 24,7 ribu meter.

Sederhananya, tak ada cukup air di Bumi mencapai Gunung Ararat yang memang tinggi, megah, dan berada di luar jangkauan air itu. Bagi mereka yang percaya keajaiban dan percaya adanya lebih banyak air saat banjir 40 hari pada enam ribu tahun silam itu, tetap saja mustahil Anomali Ararat adalah sebuah Bahtera.

Direktur Boston University Center for Remote Sensing Farouk El-Baz mengatakan, orang-orang itu menafsirkan citra satelit itu dengan pandangan bias. "Hingga kini, semua gambar yang pernah saya lihat bisa diartikan sebagai bentang alam," katanya.

Fitur yang ditafsirkan sebagai ‘Anomali Ararat’ adalah birai batu pada bayangan parsial yang dilengkapi ketebalan salju dan es yang bervariasi, tutupnya.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes